Satu Nama.
Hal pertama yang saya lakukan ketika melihat keramaian adalah,
menganalisa tiap-tiap jiwa yang lalu lalang dalam penglihatan, lalu bertanya dalam hati "apa yang mereka rasakan sebenarnya?"
lalu apa yang saya lihat dikeramaian tadi, tanpa sadar saya ukir dengan kata dalam buku harian ketika saya sendirian.
tidak, tulisan saya bukan semata-mata tertuju hanya pada satu tokoh. Lebih tepatnya saya lupa bagaimana cara mengukir kata untuk menerjemahkan seseorang, saya benar-benar lupa.
banyak orang berkata kalau setiap cerita akan dengan mudah menemui tokohnya, namun mengapa bagi saya justru terasa sulit sekali?
buku harian kembali saya baca dari beberapa waktu kebelakang, nyaris benar-benar tidak ada satu tokoh yang saya deskripsikan selain apa yang saya rasa dan apa yang saya lihat.
karena yang saya ingat terakhir kali, saya pernah menjadikan seseorang sebagai tema dalam tulisan saya. Seseorang yang dapat memahami dan mengubah setiap sisi pandang saya ketika melihat dunia. Seseorang yang pernah membuat saya utuh. Juga seseorang yang pada akhirnya memberi patah hati,ya, seseorang itu lebih tertarik membaca tulisan lain dibandingkan dengan ribuan kata yang sudah saya rangkai untuknya.
miris, pada akhirnya saya merangkai perpisahan dan merayakan kehilangan, lagi.
maka tidak mudah untuk mencari satu nama yang bisa saya rangkai kembali menjadi bagian abadi pada tulisan saya.
menurut saya, apa yang saya tumpahkan pada setiap kata itu sangat berarti, apa yang saya tulis akan selalu abadi. Walaupun mungkin suatu hari raga saya akan menghilang dari muka bumi.
lantas,
kepada siapa tulisan selanjutnya bisa saya rangkai?
Tertanda,
ainelli.

Comments
Post a Comment